Melihat Kisah Perjuangan Para Pejuang di Bogor dan sekitarnya
MUSEUM PERJUANGAN BOGOR
Museum, entah kenapa akhir-akhir ini ketertarikan ku
jalan-jalan ke museum cukup besar. Semenjak tinggal di Bogor ada 2 museum
sebenarnya yang menjadi tujuan ku, namun baru terealisasi ke satu museum yang
berada di salah satu kawasan pusat perbelanjaan dan pasar di Kota Bogor. Museum
ini letaknya berseberangan dengan Pusat Grosir Bogor (PGB) di Jalan Merdeka dan akses
untuk kesana cukup mudah bisa dengan angkot .
Dari Stasiun
Angkot 01 tujuan Merdeka, turun di Pusat Grosir Bogor lalu
Jalan kaki kurang kebih 180 meter ke Museum Perjuangan Bogor atau mau jalan
kaki pun juga bisa kok dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
Dari Terminal Baranang Siang
Naik Angkot jurusan Bubulak turun di Jembatan Merah lalu
jalan kaki arah Pusat Grosir Bogor kurang lebih 300 meter
Museum Perjuangan Bogor merupakan museum yang menyimpan
koleksi benda-benda bersejarah tentang perjuangan para pahlawan khususnya di
Bogor. Tampak dari bangunan yang terlihat cukup tua, ternyata didirikan tahun
1957 melalui musyawarah para tokoh pejuang Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Depok
dan diresmikan oleh Mayor Ishak Djuarsah pada tanggal 10 November. Nah sebelum
dijadikan museum, tempat ini bahkan pernah digunakan sebagai gudang tentara
Jepang untuk menyimpan barang-barang milik interniran Belanda.
Setelah memasuki pintu utama, kita akan membayar retribusi
sebesar Rp 10.000,- / orang yang akan digunakan untuk biaya perawatan bangunan.
Museum itu tidak dijaga oleh banyak orang, melainkan hanya 1 atau 2 orang petugas
yang mempersilahkan kita berkeliling lalu menanyakan yang ingin kita tanyakan
seputar museum. Kita akan disuguhkan macam-macam senapan atau senjata yang
digunakan para pejuang serta terdapat koleksi mata uang dari masa penjajahan
loh.
Setelah puas menikmati koleksi senjatanya, kita akan menaiki
lantai atas yang terdapat koleksi pakaian serta diorama saat masa perjuangan.
Terdapat beberapa koleksi dari pejuang yang sengaja dititipkan di museum dan
terdapat pula sejenis surat pernyataannya dari keluarga pejuang. Semua koleksi
di museum itu benar-benar menjadi daya tarik, namun aku terfokus pada pakaian
PMI yang seharusnya bewarna putih tampak sangat bernoda kecoklatan. Sempat
bertanya dalam hati apakah noda tersebut berasal dari tanah atau darah.
Kulanjutkan kembali melihat diorama masa perjuangan beberapa daerah di Bogor
dan sekitarnya ketika merebut kemerdekaan.
Selesai melihat koleksi-koleksi di museum, aku berbincang
sedikit dengan petugas dan menanyakan tentang pakaian-pakaian yang ada di
lantai atas. Entah kenapa ketika melihat koleksi di lantai atas ada perasaan
ingin menangis dan perasaan campur aduk lainnya antara marah, sedih, dan
bahagia. Aku berfikir mungkin aku terlalu fokus dan mencoba membayangkan
kejadian saat itu. Namun ternyata semua noda di pakaian tersebut adalah real
dan tidak dibuat-buat. Noda darah dan tanah asli dari jaman perjuanpgan dan
sama sekali tidak pernah dicuci oleh para pejuang.
Kunjungan ke Museum Perjuangan hari itu sangat memberikan
banyak pelajaran tentang perjuangan. Betapa bersusah payahnya dulu para pejuang
berusaha merebut kemerdekaan dari penjajah bahkan sangat banyak yang gugur
dalam medan perang. Senjata yang beliau-beliau gunakan saat berjuang pun bahkan
sangat minim kecanggihan dibanding para penjajah saat itu. Rakyat pun ada yang membulatkan
tekat dengan penuh keberanian melawan penjajah menggunakan sebatang bambu yang
diruncingkan.
Sekarang adalah PR untuk kita yang mewarisi kemerdekaan dengan menjaga semua hasil perjuangan para pejuang. Museum pun sekarang minim pengunjung karena mungkin masyarakat lebih tertarik berkunjung ke tempat wisata modern ketimbang wisata sejarah. Bahkan di hari Minggu kemarin ketika kita kesana di sore hari dan hampir tutup jam operasional nya hanya aku dan suami yang berkunjung.
Sekarang adalah PR untuk kita yang mewarisi kemerdekaan dengan menjaga semua hasil perjuangan para pejuang. Museum pun sekarang minim pengunjung karena mungkin masyarakat lebih tertarik berkunjung ke tempat wisata modern ketimbang wisata sejarah. Bahkan di hari Minggu kemarin ketika kita kesana di sore hari dan hampir tutup jam operasional nya hanya aku dan suami yang berkunjung.
#Al-Fatihah
Terima Kasih untuk para Pejuang Tanah Air yang sudah
mengorbankan seluruh jiwa dan raga untuk dapat memberikan kemerdekaan kepada
Kami saat ini.
Comments
Post a Comment